Mendaki Gunung Arjuno Welirang via Lawang dan Purwosari
Jalur Lawang
Mendaki Gunung Arjuno dari Kota Lawang merupakan awal pendakian yang praktis karena kota Lawang mudah sekali kita tempuh baik dari arah Surabaya maupun arah Malang, selain itu Puncak Gunung Arjuno dapat langsung kita tuju dari arah ini. Bila kita menginginkan mendaki dari Lawang, dari arah Surabaya kita naik bus jurusan Malang dan turun di Lawang, dan bila kita dari Malang, dari terminal Arjosari kita naik bus menuju Lawang dengan jarak 18 km. Dari Lawang kita naik kendaraan umum menuju desa Wonorejo sejauh 13 km.
Pendakian ke puncak dimulai dari desa ini menuju perkebunan Teh Desa Wonosari sejauh 3 km. Di sini kita melapor pada petugas PHPA dan juga meminta izin pendakian, serta kita harus menyiapkan persediaan air di desa terakhir ini. Dari Desa Wonosari terus berjalan dan melewati kebun teh serta terus naik selama 3-4 jam perjalanan kita akan sampai di Oro-oro Ombo yang merupakan tempat berkemah.
Dari Oro-oro Ombo menuju puncak dibutuhkan waktu 6-7 jam perjalanan dengan melewati hutan lebat yang disebut Hutan Lali Jiwo untuk menuju ke puncak terakhir ini. Setelah kita melewati hutan Lali Jiwo kita akan melewati padang rumpur yang jalannya menanjak sekali.
Mendekati puncak kita akan berjalan melewati batu-batu yang sangat banyak dan menjumpai tanaman yang sangat indah sekali, baru setelah itu kita akan mencapai puncak Arjuno.
Rute pendakian lainnya yaitu dari Kota Batu lewat selecta yang terletak di sebelah barat Gunung Welirang. Kota Batu merupakan tempat wisata yang memiliki sumber air hangat dari kaki Gunung Welirang dan keadaannya tidak berbeda jauh dengan Tretes. Dari arah Kediri atau Malang untuk menuju Batu kita dapat naik bus, selanjutnya perjalanan dari Batu menuju selecta menggunakan Colt(angkutan pedesaan). Selecta adalah salah satu tempat wisata yang ada di Kota Batu dengan ketinggian 1.200 Mdpl. Setelah tiba di Selecta kita pergi ke desa Kebonsari.
Di desa ini kita harus menyiapkan air secukupnya untuk perjalanan ke puncak dan kembalinya. Kita memulai pendakian melewati ladang sayuran dan jalan setapak menuju arah timur laut dan terus naik melewati hutan tropika. Dalam perjalanan samar-samar akan terlihat puncak Arjuno. Berjalan 5-6 jam akan mengantarkan kita pada punggungan gunung yang menghubungkan puncak Gunung Welirang dan Arjuno, tepatnya sebelah tenggara Gunung Kembar I. Kita masih harus menempuh perjalanan 1-2 jam lagi untuk menuju puncak Gunung Welirang ke arah kiri atau Gunung Arjuno ke arah kanan selam 4-5 jam.
Jalur Purwosari
Dari Surabaya - Pasar Purwosari dengan bus jarak tempuh 2 jam. Pasar Purwosari Desa Tambak Watu angkot desa warna kuning Rp 3000 jarak tempuh 1 jam atau naik ojek ongkos 7000. Perijinan bisa diurus di desa Tambak Watu dengan membayar Rp 2000 per orang. Pendaftaran juga merangkap sebagai warung dusun Tambak Watu.
Dari Desa Tambak Watu inilah awal pendakian menapaki jalan setapak menuju puncak Arjuno. Awal pendakian akan melewati hutan pinus yang tertata rapi sementara di sela-sela pohon pinus tsb banya ditananmi pohon kopi dan pohon pisang. Suasana tenang dan nyaman mulai terasa begitu kita memasuki kawasan ini. Jalur pendakian berupa jalan makadam sampai menemui bak air/ tandon air.
Desa Tambak Watu - Gua Antaboga kurang lebih 1 jam. Gua Antaboga berada di bawah tebing batu menghadap utara dengan kedalaman 1,5 m lebar 1 m, serta mempunyai ketinggian 1,25 m. Di depan gua terdapat sebuah pondokan yang bisa digunakan para peziarah untuk melepas pena setelah 1,5 jam berjalan menuju gua ini. Terdapat air dan bisa didapat dari pipa yang berada di sebelah kiri arah puncak Arjuno.
Gua Antabuga - Petilasan Eyang Abiyasa kurang lebih 1,5 jam. Jalan setapak disekitar situs ini ditata rapi dengan semen dan kiri kanan jalan dibentuk taman yang sangat rapi dan bersih. Terdapat kolam Dewi Kunti konon jika airnya diminum dapat memberikan keluhuran jiwa serta selalu ingat pada Yang Kuasa.
Disini juga terdapat beberapa pondokan yang dibangun untuk peziarah. Sekitar 50 meter agak ke bawah dari kedua petilasan ini terdapat situs Eyang Sekutrem. Petilasan ini dinaungi oleh pohon besar sehingga dari kejauhan sudah nampak kesan wingit dan angker.
Petilasan Eyang Sekutrem juga berupa kamar yang tertutup tembok. Lebar bangunan tsb sekitar 2,5 x 2 m. Di dalamnya ada sebuah arca yang terbuat dari batu andezit dengan tinggi sekitar 70 cm. Di petilasan ini selalu dinyalakan hip dan dupa yang menyebarkan bau harum.
Eyang Abiyasa - Situs Eyang Sakri kurang lebih 10 menit. Situs Eyang Sakri berupa cungkup tertutup menghadap ke barat terbuat dari kayu. Di dalamnya terdapat semacam makam batu yang membujur ke utara selatan. Di sampingnya berdiri sebuah pondok yang terbuat dari ilalang kering yang dapat digunakan untuk beristirahat maupun bermalam. Terdapat air dan bisa didapat dari pipa yang berada sebelah kiri arah Arjuno.
Situs Eyang Sakri - Situs Eyang Semar kurang lebih 1 jam. Situs Eyang Semar ini terkenal paling angker, hindari menginap dilokasi ini meskipun di sekitar situs ini terdapat tiga buah pondok dan sebuah aula yang dibangun oleh para peziarah.
Situs Eyang Semar - Wahyu Makutarama sekitar 30 menit. Petilasan ini berupa bangunan andesit yang berukuran 7x7 m dengan tinggi sekitar 3 meter. Di bangunan batu ini terdapat dua buah mahkota raja yang berdampingan. Ini merupakan sebuah simbol kebesaran dari seorang raja jaman dahulu.
Wahyu Makutarama - Puncak Sepilar sekitar 20 menit. Bila dari sepilar menuju arah kanan menyusuri satu bukit sampailah di candi Wesi. Di sini bisa dilihat tiga arca Pandawa, dahulunya terdapat lima buah patung namun Nakula dan Sadewa telah hilang dicuri. Di sebelah kiri bangunan candi sepilar dilihat sebuah kuburan yang menurut cerita merupakan tempat muksanya Eyang Semar.
Di sebelah kanan situs di bangun sebuah pondok oleh para peziarah untuk menginap. Sekitar 100 meter ke arah kanan terdapat sumber mata air yang disebut Sendang Derajad.
Puncak Sepilar - Candi Manunggale Suci sekitar 3 jam. Candi ini hanyalah sebuah batu yang ditata seperti pondasi yang diatasnya terletak sebuah marmer yang bertuliskan huruf jawa dan di bawahnya lagi tertulis Sura Dina Jaya Diningrat Lebur Dining Pangastuti (Kejahatan pasti kalah oleh kebaikan). Dan di bawah tulisan ini tersebutlah sebuah nama Maha Resi Agung Prawira Harjana. Orang ini adalah pengikut setia Bung Karno.
Candi Manunggale Suci - Puncak Arjuno sekitar 5 jam. Puncak gunung Arjuno banyak terdapat banyak batu-batu besar. Di sebelah utara berupa jurang terjal berbatu yang sangat disayangkan banyak terdapat coretan di batu-batu tsb.
Ke arah Barat tampak di depan kita Gunung Welirang yang selalu mengeluarkan asap, di samping gunung Welirang ke arah barat laut tampak gunung penanggungan yang runcing sempurna dengan puncak yang menyerupai gunung semeru. Ke arah timur kita dapat melihat puncak gunung Semeru yang sangat menawan.
Di sebelah selatan kita berdiri gunung Kawi dan Gunung Anjasmoro. Di puncak gunung Arjuno terdapat sebuah batu yang berbentuk singgasana yang sering dikunjungi para peziarah untuk membakar hio dan dupa. Pada batu ini terdapat gambar cakra dan tulisan jawa yang berarti Maha Kuasa. Disinilah tempar bertahta penguasa alam ghaib gunung Arjuno. Jangan coba-coba duduk atau menginjak batu ini, agar terhindar dari celaka.
Dari Desa Tambak Watu inilah awal pendakian menapaki jalan setapak menuju puncak Arjuno. Awal pendakian akan melewati hutan pinus yang tertata rapi sementara di sela-sela pohon pinus tsb banya ditananmi pohon kopi dan pohon pisang. Suasana tenang dan nyaman mulai terasa begitu kita memasuki kawasan ini. Jalur pendakian berupa jalan makadam sampai menemui bak air/ tandon air.
Desa Tambak Watu - Gua Antaboga kurang lebih 1 jam. Gua Antaboga berada di bawah tebing batu menghadap utara dengan kedalaman 1,5 m lebar 1 m, serta mempunyai ketinggian 1,25 m. Di depan gua terdapat sebuah pondokan yang bisa digunakan para peziarah untuk melepas pena setelah 1,5 jam berjalan menuju gua ini. Terdapat air dan bisa didapat dari pipa yang berada di sebelah kiri arah puncak Arjuno.
Gua Antabuga - Petilasan Eyang Abiyasa kurang lebih 1,5 jam. Jalan setapak disekitar situs ini ditata rapi dengan semen dan kiri kanan jalan dibentuk taman yang sangat rapi dan bersih. Terdapat kolam Dewi Kunti konon jika airnya diminum dapat memberikan keluhuran jiwa serta selalu ingat pada Yang Kuasa.
Disini juga terdapat beberapa pondokan yang dibangun untuk peziarah. Sekitar 50 meter agak ke bawah dari kedua petilasan ini terdapat situs Eyang Sekutrem. Petilasan ini dinaungi oleh pohon besar sehingga dari kejauhan sudah nampak kesan wingit dan angker.
Petilasan Eyang Sekutrem juga berupa kamar yang tertutup tembok. Lebar bangunan tsb sekitar 2,5 x 2 m. Di dalamnya ada sebuah arca yang terbuat dari batu andezit dengan tinggi sekitar 70 cm. Di petilasan ini selalu dinyalakan hip dan dupa yang menyebarkan bau harum.
Eyang Abiyasa - Situs Eyang Sakri kurang lebih 10 menit. Situs Eyang Sakri berupa cungkup tertutup menghadap ke barat terbuat dari kayu. Di dalamnya terdapat semacam makam batu yang membujur ke utara selatan. Di sampingnya berdiri sebuah pondok yang terbuat dari ilalang kering yang dapat digunakan untuk beristirahat maupun bermalam. Terdapat air dan bisa didapat dari pipa yang berada sebelah kiri arah Arjuno.
Situs Eyang Sakri - Situs Eyang Semar kurang lebih 1 jam. Situs Eyang Semar ini terkenal paling angker, hindari menginap dilokasi ini meskipun di sekitar situs ini terdapat tiga buah pondok dan sebuah aula yang dibangun oleh para peziarah.
Situs Eyang Semar - Wahyu Makutarama sekitar 30 menit. Petilasan ini berupa bangunan andesit yang berukuran 7x7 m dengan tinggi sekitar 3 meter. Di bangunan batu ini terdapat dua buah mahkota raja yang berdampingan. Ini merupakan sebuah simbol kebesaran dari seorang raja jaman dahulu.
Wahyu Makutarama - Puncak Sepilar sekitar 20 menit. Bila dari sepilar menuju arah kanan menyusuri satu bukit sampailah di candi Wesi. Di sini bisa dilihat tiga arca Pandawa, dahulunya terdapat lima buah patung namun Nakula dan Sadewa telah hilang dicuri. Di sebelah kiri bangunan candi sepilar dilihat sebuah kuburan yang menurut cerita merupakan tempat muksanya Eyang Semar.
Di sebelah kanan situs di bangun sebuah pondok oleh para peziarah untuk menginap. Sekitar 100 meter ke arah kanan terdapat sumber mata air yang disebut Sendang Derajad.
Puncak Sepilar - Candi Manunggale Suci sekitar 3 jam. Candi ini hanyalah sebuah batu yang ditata seperti pondasi yang diatasnya terletak sebuah marmer yang bertuliskan huruf jawa dan di bawahnya lagi tertulis Sura Dina Jaya Diningrat Lebur Dining Pangastuti (Kejahatan pasti kalah oleh kebaikan). Dan di bawah tulisan ini tersebutlah sebuah nama Maha Resi Agung Prawira Harjana. Orang ini adalah pengikut setia Bung Karno.
Candi Manunggale Suci - Puncak Arjuno sekitar 5 jam. Puncak gunung Arjuno banyak terdapat banyak batu-batu besar. Di sebelah utara berupa jurang terjal berbatu yang sangat disayangkan banyak terdapat coretan di batu-batu tsb.
Ke arah Barat tampak di depan kita Gunung Welirang yang selalu mengeluarkan asap, di samping gunung Welirang ke arah barat laut tampak gunung penanggungan yang runcing sempurna dengan puncak yang menyerupai gunung semeru. Ke arah timur kita dapat melihat puncak gunung Semeru yang sangat menawan.
Di sebelah selatan kita berdiri gunung Kawi dan Gunung Anjasmoro. Di puncak gunung Arjuno terdapat sebuah batu yang berbentuk singgasana yang sering dikunjungi para peziarah untuk membakar hio dan dupa. Pada batu ini terdapat gambar cakra dan tulisan jawa yang berarti Maha Kuasa. Disinilah tempar bertahta penguasa alam ghaib gunung Arjuno. Jangan coba-coba duduk atau menginjak batu ini, agar terhindar dari celaka.
0 Response to "Mendaki Gunung Arjuno Welirang via Lawang"
Post a Comment