Gunung Argopuro juga terkenal sangat angker dengan menyimpan banyak misteri di dalamnya. Salah satunya adalah Legenda Dewi Rengganis yang hilang bersama enam dayangnya. Konon pendaki yang suka usil dan mengusik kalau tidak kesurupan bisa jadi akan kesasar tidak karuan. Konon juga terdapat sebuah taman gaib yaitu Taman Rengganis. Tidak semua pendaki dapat melihat taman ini. Beberapa pendaki yang pernah melihat taman ini merasa memasuki sebuah taman yang sangat indah penuh dengan bunga dan buah. Pendaki yang mengambil atau memetik tanaman tidak akan dapat keluar taman ini. Ia hanya akan berputar-putar di tempat tersebut.
Untuk mendaki Gunung Argopuro terdapat dua jalur yang terkenal yaitu Jalur Bremi (Probolinggo) dan Jalur Banderan (Situbondo).
Jalur Pendakian via Bremi
- TranportasiUntuk menuju Bremi kita bisa naik bus turun di terminal Probolinggo kemudian dilanjutkan dengan naik bus Akas kecil jurusan Bremi. Kalau naik kereta dari stasiun Malang naik kereta jurusan Probolinggo.
-Basecamp
Basecamp khusus untuk pendakian Gunung Argopuro bisa dilakukan di Polsek Bremi (Krucil) dan sekaligus melakukan pendaftaran terlebih dahulu.
Perjalanan dimulai dari Kantor Polisi turun menuju pertigaan menuju arah perkebunan Ayer Dingin. Dengan melewati perkebunan penduduk yang kebanyakan ditanami padi dan jagung selanjutnya akan memasuki kawasan perkebunan kopi dan sengon. Setelah berjalan sekitar 2 jam kita akan memasuki batas hutan suaka.
Dari batas suaka alam, hutan semakin lebat dan jalur semakin terjal. Kita perlu waspada di kawasan ini banyak dihuni oleh babi hutan. Perhatika semak-semak yang bergerak dan suara khas babi yang sering muncul di sekitar jalur pendakian. Bila kita sudah sampai di puncak bukit maka kita akan menemukan persimpangan jalur dan ambil lurus jika ingin menuju puncak namun bila ingin menuju Danau Taman Hidup harus berbelok ke kanan.
Danau Taman Hidup adalah lokasi berkemah yang cukup luas. Di sekitar tempat ini kadang muncul babi hutan, kancil, dan kijang. Terdapat sebuah danau yang luas dan banyak ikannya. Kita bisa memancing atau hanya sekedar mengambil air bersih.
Tepian danau ini sangat berbahaya karena berupa rawa berlumpur sehingga untuk mengambil air kita harus melewati jembatan dermaga kayu. Dari dermaga itu pendaki sering kali mandi dan berenang ke dalam danau. Namun perlu diperhatikan bila air sangat dingin berbahaya sekali untuk berenang.
Ketika pagi hari kabut tebal menyelimuti danau sehingga berbahaya bila ingin mengambil air karena dapat terjebak di rawa tepian danau. Untuk itu persiapkan air ketika cuaca cerah.
Meninggalkan Danau Taman Hidup kita harus berjalan ke arah semula menuju persimpangan dan belok kanan ke arah puncak. Jalur agak landai namun suasana hutan semakin lebat. Setelah berjalan sekitar 30 menit kita akan berjumpa dengan sungai kecil yang kering. Jalur selanjutnya akan semakin menanjak dan di pagi hari di sepanjang jalur akan sering kita temukan jejak babi hutan.
Selanjutnya kita akan memasuki kawasan hutan yang semakin gelap dan lembab. Begitu dekatnya jarak antara pohon sehingga sulit bagi sinar matahari untuk menembusnya. Kawasan ini disebut dengan Hutan Lumut karena semua pohon di area ini ditutupi oleh lumut. Kesan angker dan menyeramkan sangat terasa ketika melewati daerah ini. Jejak kancil, menjangan, babi hutan dapat ditemukan di jalur ini.
Sekitar 1 jam berjalan melintasi hutan lumut kita akan memasuki hutan yang jarak pohonnya tidak terlalu rapat sehingga kelihatan agak terang. Tumbuhan herbal dan rumput pun tumbuh hijau dan subur. Jalur ini menyusuri lereng bukit dengan sisi kiri berupa jurang. Rumput kadang yang tumbuh kadang begitu tingginya sehingga menutupi jalur. Sesekali terdengar kicauan aneka jenis burung.
Sekitar 30 menit berjalan selanjutnya kita akan tiba di lereng yang banyak batuan besar. Setelah itu kita harus melintasi 3 sungai kering dengan cara turun jurang dan naik lagi ke atas bukit. Bukit di depan kita banyak di tumbuhi oleh rumput-rumput. Sesekali kancil atau menjangan berlarian, sementara belasan lutung bergantungan di atas pohon.
Sekitar 1 jam berikutnya kita akan sampai di lereng bukit yang banyak ditumbuhi rumput yang tinggi-tinggi. Rumput-rumput ini seringkali menutupi jalan sehingga sangat mengganggu. Di antara rerumputan terdapat bunga Edelweis yang tumbuh.
Selanjutnya dengan menempuh perjalanan sekitar 30 menit kita akan melintasi rerumputan yang mengelilingi bukit dan setelah itu kita akan tiba di sungai kecil yang airnya mengalir lancar. Pendaki dapat mendirikan tenda di kawasan Kali Putih.
Berikutnya kita akan melintasi hutan cemara yang banyak ditumbuhi rumput tinggi dan 1 jam selanjutnya kita akan tiba di padang rumput gimbal. Rumput disini berbentuk keriting dan tumbuh secara bergerombol. Perjalanan yang kita lalui memutar mengelilingi puncak gunung dengan menyusuri padang rumput kemudian kita akan tiba di Cisentor.
Cisentor adalah tempat pertemuan antara jalur Baderan dan jalur Bremi yang bersatu menuju puncak. Di tempat ini kita dapat mendirikan tenda untuk beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan ke puncak. Di Sicentor terdapat sebuah bangunan kayu yang dapat kita gunakan untuk berlindung dari angin dan hujan.
Dari Sicentor kita berjalan mendaki bukit melintasi padang rumput dan padang Edelweis. Sekitar 1 jam berjalan kita akan berjumpa sungai kering lagi. Setelah menyeberangi dua buah sungai kering, kita kembali melintasi padang rumput dan Edelweis baru setelah 1 jam berjalan kita akan sampai di Rawa Embik.
Untuk menuju puncak kita belok ke kiri, namun jika ingin beristirahat sejenak kita bisa mendirikan tenda disini. Di tempat ini terdapat sungai kecil yang selalu berair di musim kemarau. Rawa Embik merupakan sebuah lapangan terbuka sehingga angin akan berhembus sangat kencang disini.
Dari Rawa Embik kembali berbelok ke arah kiri melintasi padang rumput. Untuk menuju ke puncak membutuhkan waktu sekitar 2 jam perjalanan. Dari padang rumput setelah itu kita belok ke kanan mendaki lereng terjal yang berdebu dan banyak pohon tumbang sisa kebakaran. Bila angin bertiup kencang pohon-pohon ini rawan tumbang sehingga harus berhati-hati ketika melintasinya. Selain itu tanah gembur yang berdebu juga rawan longsor.
Selanjutnya jalan sedikit menurun dan kita akan melintasi sebuah sungai kering dan berbatu. Setelah itu kembali mendaki bukit yang terjal dan baru setelah itu kita akan berjumpa dengan padang rumput dan padang Edelweis yang indah. Di depan kita akan nampak puncak Rengganis yang berwarna keputihan karena terdiri dari batu kapur dan belerang.
Puncak Gunung Argopuro adalah bekas kawah yang sudah mati dan masih berbau belerang. Puncak ini berbentuk punden berundak semacam tempat pemujaan. Punden paling bawah selebar lapangan bola dan disini terdapat banyak batu berserakan.
Ke atas lagi selebar 10 x 10 meter dan ke atas lagi semakin kecil. Selanjutnya kita akan melintasi bekas kawah yang terdapat batu kapur berwarna putih dan bau belerang. Pada puncak tertinggi terdapat susunan batu yang diyakini sebagai petilasan Dewi Rengganis.
Puncak Rengganis
Puncak Argopuro
Info PentingPerjalanan mendaki Gunung Argopuro adalah pendakian dengan jalur terpanjang di Pulau Jawa. Biasanya pendakian melalui satu jalur panjang dengan titik berangkat dan pulang berbeda. Jika memilih jalur Bremi maka biasanya dengan jalur pulang ke Baderan begitupun sebaliknya jika dari Baderan maka pulangnya lewat jalur Bremi.
Tips Pendakian
1. Pilihlah hari yang bagus, usahakan jangan pada musim hujan.
2. Setidaknya sebelum melakukan pendakian, hendaknya seminggu sebelum berangkat latihan fisik atau olahraga sedikit-sedikit.
3. Persiapkan tim dan perlengkapan yang akan dibawa.
4. Jangan mendaki sedikit orang, ya paling tidak min 3 orang.
5. Jangan pernah mengabaikan keselamatan dirimu sendiri.
6. Jika ada teman yang tidak kuat melanjutkan perjalanan hendaknya ditemani dan jangan sampai terpisah.
0 Response to "Gunung Argopuro Pendakian Terpanjang Pulau Jawa"
Post a Comment