Awal Langkah di Puncak Tertinggi Jawa Barat

Hai kawan para sobat petualang dan sobat penantang impian... Lama nggak ngetik karena sibuk tugas, akhirnya kali ini gue bisa ngetik lagi. Ini adalah sebuah artikel atau cerita perjalanan kita kemarin saat pertama kali menitih langkah di Jawa Barat.



Kalau kemarin-kemarin ceritanya hanya di gunung-gunung yang ada di Jawa Tengah, kali ini kita cari pengalaman baru di gunung-gunung yang ada di Jawa Barat, tepatnya di Puncak Tertinggi Jawa Barat yakni Gunung Ciremai. Gunung dengan ketinggian 3.078 mdpl, yah mungkin jika dibandingkan dengan gunung-gunung yang kita daki di Jawa Tengah, mungkin memang masih kalah tinggi, tapi yah gitu deh, entar saja kita bahas.

Rencana untuk mendaki pada bulan Juni sebenarnya memang sudah jauh-jauh hari kita susun. Awalnya sih kita mau ke Gunung Slamet, eh pas seminggu terakhir sebelum hari H, ternyata kita baru tau kalau pendakian Gunung Slamet masih ditutup. Nampaknya Slamet masih belum mau kita kunjungi. Karena hal itu gue akhirnya cari-cari lagi kemana tempat yang rasanya tepat untuk didaki. Akhirnya deh kita memutuskan untuk mencoba sekali-kali ke luar Jawa Tengah, nah akhirnya disepakati ke Gunung Ciremai yang kita tahu bahwa memang gunung ini adalah gunung tertinggi di Jabar, selain itu denger-denger medannya lumayan ekstrim.

Disepakati ke Gunung Ciremai, tapi di akhir-akhir 2 orang teman kita memutuskan tidak ikut, nggak tau lah alasannya kenapa, tapi disini memang juga mempertimbangkan biaya untuk kesana juga. Akhirnya gue dan si Arif aja yang berangkat. Loe semua masih inget kan dengan si Arif? Iyaa.. yang suka bawa ceweknya itu lho hahah.. Dia adalah partner yang selalu menemani gue mendaki gunung-gunung di Jawa Tengah. Nah kali ini gue dan dia nekad untuk pergi keluar dari zonanya kita. Hitung-hitung cari pengalaman baru, meski sebenarnya keuangan sedang menipis. hehehe.

Senin, 08 Juni 2015, gue dan si Arif berangkat menuju terminal Giwangan tepatnya jam 11 siang dari kos, biar gak telat. Sampai di terminal kita menunggu pemberangkatan bus sekitar jam setengah 1. Setelah menunggu di ruang tunggu terminal, akhirnya kita dihampiri oleh bapak-bapak yang memberi tahu kalau bus sudah siap berangkat. Cuz... kita langsung masuk bus dan ngengggg,,,,,,, bus pun berangkat. Siang itu dari terminal cuma ada 3 penumpang termasuk kita. Hehe masih longgar, enak bisa tidur-tiduran hehe.
Nggak banyak yang bisa gue ceritain di bus, yahh gitu-gitu aja. Palingan cuman tidur, dengerin orang telponan yang keras banget dan alay, padahal udah ibuk-ibuk hehe, ada lagi ngilhatin kakek-kakek yang dari awal naik sampai kita turun nggak bisa diem, mondar-mandir muluu kesana kemari pindah-pindah tempat.

Jam 11 malam akhirnya kita turun, malam itu kita diturunkan di pinggir jalan TOL di Ciperna. Hah disitu kita berdua kan pada nggak tau arah, dan tempat ini dimana, apalagi ini tengah malam. Bapak kernetnya cuman bilang cari angkutan aja mas entar dari sini. Pak..pakk masalahnya ini tengah malam..

Akhirnya datang deh tukang ojek yang mencoba menghasut kita berdua. Yah gitu deh orang kalau mau yakinin pelanggan sok sok baik, nah pas kita tanya masjid, bilangnya jauh mas sekitar 3 km, mendingan tak anter gimana? Tanya tukang ojeknya. Nah kita kan tanya berapa emangnya pak, 65 ribu aja mas. Busyettt gila tuh tukang ojek,... akhirnya kita memutuskan untuk jalan kaki saja sembari menunggu pagi dan menunggu angkutan ada.

Tak lama berjalan, kita berdua menemukan sebuah warung yang masih buka yang masih banyak bapak-bapak yang sedang main catur disitu. Kita berhenti sejenak untuk minum teh hangat sambil tanya-tanya tempat.

Menunggu sejenak akhirnya 1 gelas teh dan 1 gelas kopi datang. Sruputt... nikmat sekali, mungkin hanya secangkir atau segelas minuman hangat, tapi ini sudah sebuah kenikmatan ditengah malam dimana kita tak tau arah dan tempat, dimana saat itu perut juga sudah mulai kelaparan sekali, makhlum terkahir kali makan pas pagi sebelum berangkat kemarin. Disela-sela minum dan duduk-duduk sembari istirahat, gue dan si Arif juga memikirkan bagaimana nasib malam ini dan besok. Mau tidur dimana malam ini? Masjid gak tau entah dimana, mana lagi ini tengah malam tidak ada sesuatu yang bisa dinaiki. Dijalan hanya ada truk-truk besar yang melintasi jalanan besar di depan kita yang duduk di pinggir jalan dengan suasana baru dan angin di kota Ciperna. 

Saat itu kemudian si penjual teh mendatangi kita, sebut saja namanya Mas Jaki. Dia bertanya pada kita, "mau kemana dek?". Lantas kita menjawab, "mau ke Gunung Ciremai Mas", kita pun juga langsung bertanya balik,"kira-kira kalau dari sini ada angkutan nggak mas buat kesana?". Mas Jaki menjawab ada, kita disuruh naik angkutan atau elf besok pagi. Nah karena hari sudah tengah malam, mas Jaki pun menawarkan pada kita agar menginap saja di rumahnya, yah meskipun cuman di balai depan rumah, karena di depan sudah jauh dari perumahan, begitu tandasnya. Mas Jaki sendiri juga bilang kalau dia juga merantau kesini sejak 8 tahun lalu, mungkin karena itu juga dia sama-sama merasakan apa yang kita alami malam ini. Sebenarnya malu untuk menerima karena takut merepotkan, tapi ya akhirnya kita terima dengan penuh rasa syukur dan penuh terimakasih, mengingat ditengah malam ini dan kita tak kenal siapa-siapa masih ada orang baik yang mau menolong kita, meskipun gak tau siapa kita. 

Memang bukan sebuah istana, tapi ini lebih dari hotel berbintang 5 buat kita. Disitulah tempat kita tidur malam itu, menghela nafas dan sejenak merebahkan diri. Hanya disebuah alas dari kayu dan bambu di teras depan toko sekaligus rumah yang membuat kita benar-benar bersyukur masih ada tempat yang mau menampung orang tak dikenal dan bukan siapa-siapa.




Keesokan paginya kita pun terbangun dan memutuskan untuk melanjutkan perjalanan, waktu itu masih shubuh. Tapi nampaknya sudah banyak mobil-mobil yang berlalu lalang di jalan, mungkin angkuan sudah ada. Akhirnya Mas Jaki keluar dan membukakan gerbang. Kita pun akhirnya pamit dan mengucapkan banyak terimakasih karena tadi malam sudah dikasih tumpangan untuk sekedar merebahkan diri. Mas Jaki juga meninggalkan nomor Hp dan bilang kalau sewaktu-waktu tersesat atau gak tau arah, kita disuruh menghubunginya. Dalam hati, gue merasa berterimakasih sekali dan bersyukur, karena di keadaan seperti ini masih ada orang baik yang mau menolong orang yang kesusahan. Sekali lagi kita mengucapkan terima kasih banyak pada Mas Jaki. Kita akan mengingat kebaikan yang pernah Mas berikan pada kita orang yang baru dikenal.



Kita naik bus mini menuju Linggarjati dan setelah sekitar 20 menit kita turun di perempatan Linggarjati. Disitu kita naik angkut lagi menuju basecamp pendakian Gunung Ciremai via Linggarjati. Kita pun diantarkan sampai depan basecamp tepat, namun karena saat itu masih jam setengah 5 pagi jadi basecamp dan loket ternyata masih tutup. Kita berdua menunggu buka sampai jam 9 pagi. Gilakkk ini orang mana yang nunggu loket, nggak biasanya loket tutup...., dalam hati kita kesal sekali karena menunggu dari jam segitu baru buka jam 9 pagi. Padahal kita sudah menghubungi dan sms, tapi tidak ada jawaban sama sekali dari petugas loket. Akhirnya pas jam 9 itu petugas loket dateng dengan muka kelihatan habis bangun tidur. Parah mah ini orang, loket yang seharusnya buka jam 7 pagi, baru buka jam segini. Kemana aja ini orang.



Akhirnya kita berdua langsung daftar dan registrasi, nah karena kita cuman berdua akhirnya kita gak boleh naik. Sontak gue dan si Arif kaget, masaakkk dari jauh-jauh dari Jogja udah sampek sini terus gak boleh naik. Beruntung saat itu ada pendaki dari kelompok lain yang berjumlah 3 orang. Akhirnya kita gabung dengan mereka. 
Tak lama kita pun memulai perjalanan saat itu jam 9 lebih hampir setengah 10. Sambil berjalan kita pun saling kenalan satu sama lain. 



Medan awal dari basecamp menuju Pos 1 Cibunar masih berupa jalan aspal, setelah melewati sawah dan ladang yang ketika itu ditanami ketela rambat, jalan menikuk dan naik. Nampaknya mereka bertiga sudah mulai ngos-ngosan. Sedikit demi sedikit kita pun istirahat sejenak. Tak lama akhirnya di ujung jalan terlihat gapura bertuliskan Cibunar Linggarjati. Alhamdulillah ternyat kita sudah sampai di Pos 1. Gue dan Arif menyempatkan sejenak mengabadikan diri. hehehehe



Setelah itu kita melanjutkan perjalanan, tapi teman kita yang tiga tadi nampaknya masih beristirahat dan masih nyantai membuat kopi. Nah gue dan Arif pun akhirnya memutuskan untuk duluan.

Dari pos 1 trek yang kita lalui berupa hutan pinus yang kemudian kebun kopi. Setelah itu hanya rumput-rumput dan tanaman liar disamping kiri jalan. Sekitar 20 menit kita berjalan kita sampai di Pos 2 Lewungan Datar. Kita berhenti sejenak kemudian melanjutkan perjalanan lagi.

Trek selanjutnya masih cukup landai dan banyak ditumbuhi tanaman pisang-pisangan, ya memang seperti pohon pisang tapi bukan. Setelah itu kita benar-benar masuk area hutan. tak lama kemudian kita sampai di Pos 3 Kondang Amis. Disini ada sebuah shelter yang bisa digunakan untuk beristirahat. Disitu juga ada plang petunjuk arah, ada jalur Linggasana dan yang kita lewati jalur Linggarjati. Dengar kabar kalau jalur Linggarjati ini adalah jalur paling terjal di Gunung Ciremai. 



Setelah itu kita melanjutkan perjalanan lagi dengan medan yang tidak terlalu menanjak tapi juga tidak terlalu landai. Area yang kita lewati masih hutan yang ditumbuhi pohon-pohon besar. Lama berjalan akhirnya kita sampai di Pos 4 Kuburan Kuda. Jarak dari Pos 3 menuju Pos 4 ini terbilang jauh, berbeda dengan Pos 1 ke Pos 2 tadi.

Dari Pos Kuburan Kuda perjalanan dilanjutkan, kali ini medan sudah benar-benar menanjak dan cukup licin. Di sepanjang jalan banyak sekali akar-akar pohon yang melintang. Dari sini kita sudah mulai merasa kalau perjalanan benar-benar jauh, karena cukup lama berjalan kita belum sampai setengah perjalanan. Kita juga salah prediksi dengan hanya membawa 4 botol minum ukuran 1,5 liter. Padahal di basecamp sudah tertera kalau pendaki dihimbau untuk membawa min 5 liter perorang. Dibayangan kita Gunung Ciremai seperti gunung-gunung di Jawa Tengah yang bisa ditempuh paling lama 7-8 jam dengan medang yang tidak terlalu ektrem menanjak, ternyata kita salah. Gunung di Jawa Barat murni hutan yang masih lebat dan sinar matahari sulit masuk, jadi sepanjang perjalanan hanya dipenuhi oleh pohon-pohon besar tanpa terlihat pemandangan luar sedikitpun.

Sekitar 30 menit dari Kuburan Kuda kita sampai di Pos Pangalap. Di pos ini area lumayan luas untuk mendirikan lebih dari 3 tenda. Di pos ini ditandai dengan pohon yang besar dan papan petunjuk. Dari sini kita tidak beristirahat lama dan langsung melanjutkan perjalanan agar cepat sampai.

Dari Pos Pangalap berjalan cukup jauh kita akan sampai di Pos Tanjakan Seruni. Disini perjalanan juga belum sampai setengahnya. Kita mulai sedikit merasa putus asa dan mengeluh. Ternyata jauh juga dan persediaan air kita yang sedikit.

Terus berjalan dengan medan yang masih menanjak dan kali ini cukup licin. Di perjalanan kita akhirnya ketemu pendaki yang turun, karena dari awal tadi belum satupun ketemu pendaki yang turun. Disitu kita bertanya masih jauh nggak mas ke pos selanjutnya. Dia bilang masih jauh mas, sekitar 30 menit lagi. Padahal kan kita sudah berjalan jauh dari Pos Tanjakan Seruni tadi. Kita juga tanya berapa hari Mas nya naik? Masnya menjawab kalau dia 3 hari 2 malam. Disitu kita hanya terbayang bahwa kita cuman 2 hari semalam saja.

Setelah itu akhirnya kita sampai di Pos Bapa Tere. huhhhhh terasa lega sekali akhirnya kita sampai di pos ini. Di sini nampaknya kita sudah mulai sangat lelah dan kelaparan. Akhirnya kita berhenti sejenak untuk memasak sebungkus mie untuk berdua. Disini kita juga sangat menghemat air untuk memasak mengingat perjalanan masih setengah lagi dan persediaan air yang terbatas. Kita nggak pernah tau kedepan akan seperti apa, tapi yang terpenting kita sudah jauh-jauh kesini jadi tak boleh menyerah dan harus tetap semangat untuk sampai di puncak.

Setelah makan kita langsung melanjutkan perjalanan ke pos selanjutnya. Dari pos ini menuju pos selanjutnya yaitu Pos Batu Lingga memakan waktu yang cukup lama juga karena medan yang cukup jauh. Di Pos Batu Lingga kita akhirnya ketemu dengan 2 pendaki yang mau naik. Kita dikasih sedikit air oleh masnya.. wisss terima kasih sekali ini.. lumayan bisa sedikit membantu persediaan air kita yang mulai menipis. Sejenak duduk dan berbincang-bincang akhirnya kita memutuskan untuk melanjutkan perjalanan lagi.

Dari pos ini menuju arah kanan melewati jalan sempit dengan samping kanan dan kiri dinding-dinding tanah dan cukup menanjak. Setelah itu kita masih melewati hutan-hutan yang masih juga belum terlihat pemandangan di sekitar. Tak lama kemudian akhirnya kita sampai di Pos Sangga Buana 1.
Disini kita memutuskan untuk mengecamp dan mendirikan tenda mengingat tubuh sudah terasa lelah sekali dan hari juga semakin sore. Saat itu jam menunjukkan pukul 16.30 WIB.

Setelah mendirikan tenda kita langsung beristirahat di dalam tenda. Hari semakin gelap dan tidak ada seorang pendaki pun yang lewat entah naik atau pun turun. Di dalam tenda gue bikin susu hangat dan Arif nampaknya sudah mulai tertidur karena kelelahan berjalan seharian dengan medan yang menanjak tanpa ampun.
Sesudahnya gue pun langsung tidur juga. Rasanya badan pegal dan berasa mau copot semua. Tak lama gue pun tertidur dan hilang ditelan waktu.
Akhirnya gue terbangun dan hari masih menunjukkan jam 11 malam. Gue menengok ke samping dan ternyata si Arif juga masih terlelap. Gue pun tidur lagi.. hahaha mau ngapain coba malem-malem sendirian heheh. Jam 1 gue terbangun lagi dan kali ini sudah tidak bisa tidur lagi. Menunggu sejenak tepat jam setengah 2 dini hari gue bangunin Arif untuk persiapan summit dari Pos Sangga Buana 1 menuju Puncak Ciremei.

Sebelum berangkat kita membuat susu hangat terlebih dahulu untuk mengisi tenaga dan menghangatkan badan sebelum harus berjalan lagi menyingkap kabut malam dan menyingsing gelap. Setelah persiapan dan semuanya selesai, kita pun berangkat jam 2 menuju Puncak.

Hanya sekitar 15 menit kita berjalan ternyata kita sudah sampai di Pos Sangga Buana 2. Entah kita yang terlalu cepat atau mungkin jarak yang tidak terlalu jauh. Disini kita istirahat sejenak dan waktu itu disitu ada sebuah tenda yang bermalam disitu. 


Setelah itu kita berjalan lagi untuk menuju pos terakhir yakni Pos Pengasinan. Jarak dari Sangga Buana ke Pos Pengasinan nampaknya lumayan jauh. Medan yang kita lalui terus menanjak dan licin. Nah ditengah perjalanan kita baru kali pertama ini bisa melihat pemandangan luas yang dari awal kita berangkat terus tertutup hutan. Dari jauh nampak gemerlap kota-kota dan lampu pabrik yang terus menyala.


Kita terus berjalan sambil sesekali istirahat dan menghela nafas. Rasanya memang seperti tak sampai sampai. Medannya pun tak ada landainya sama sekali dan belum lagi ini licin. Jika kita terpeleset sedikit saja mungkin kita bisa menggelundung jatuh ke bawah.
Cukup lama berjalan akhirnya kita tiba di Pos Pengasinan sekitar jam 3 pagi. Disini kita duduk-duduk cukup lama sambil akhirnya memutuskan untuk membuat mie rebus mengingat waktu kita terlalu cepat. Dari sini menuju puncak hanya sekitar 30 menit, nah kalo kita berangkat sekarang sampai puncak masih jam sentengah 4 pagi, itu masih terlalu pagi.


Di Pos Pengasinan areanya cukup luas, cukup untuk mendirikan lebih dari 4 tenda. Waktu itu ada sekitar 3 tenda yang bermalam disitu. Nampaknya mereka juga masih tertidur.

Setelah makan dan waktu sudah menujukkan pukul 4 pagi, akhirnya kita berangkat menuju Puncak. Medan masih menanjak, tapi tidak lebih parah dari Sangga Buana 2 ke Pengasinan tadi, yahh meskipun begitu ini juga berat dan cukup terjal untuk dilalui. Sekitar 30 menit berjalan akhirnya kita sampai di Puncak Ciremai.
Saat itu hari masih gelap dan belum ada seorang pun di atas. Jam menujukkan pukul setengah 5 pagi. Gue langsung sujud syukur dan merasa terhormat bisa mencapai puncak tertinggi di Jawa Barat. Rasanya memang tak percaya mengingat kemarin kita berangkat sudah kewalahan dan kekurangan persediaan air.

Nah takk lupa setelah itu Arif gue suruh untuk Adzan, karena waktu di basecamp tadi, ada warga yang mengatakan pada kita kalo sampai di puncak entah itu jam berapapun, kita disuruh adzan. Entah dengan alasan apa, tapi kita berpikir positif saja. Saat itu juga Arif pun adzan dan saat itulah adzan berkumandang di puncak tertinggi Jabar. Mendengar suara adzan sembari melihat alam ini saya merasa gemetar, saya merasa begitu dahsyatnya alam ciptaan-Nya ini. Saya merasa begitu dekat dengan langit dan sang-Pencipta.

Sungguh perjalanan ini tidak akan pernah terlupakan dan akan menjadi pelajaran berharga buat perjalanan hidup selanjutnya.

Setelah itu kita foto-foto dan mengabadikan diri disini untuk kenangan yang takkan pernah terlupakan. Sebuah awal langkah kita di Jawa Barat. Sebuah pengalaman pertama keluar dari zona kita berada.






Setelah puas berfoto-foto akhirnya kita memutuskan untuk segera turun karena kita juga mengejar waktu agar nanti sore sudah bisa pulang ke Jogja lagi. Setelah turun dari puncak dan sampai di tempat kita ngecamp di Sangga Buana 1, kita pun langsung beres-beres dan packing. Di sela-sela itu kita juga memasak mie goreng untuk mengisi tenaga buat kita turun... mie lagi mie lagi hahahah.. :D 

Setelah semuanya selesai kita pun langsung turun dan saat kita sampai setengah perjalanan, waktu itu pas sesudah Pos Batu Lingga di bawahnya sedikit kita ketemu dengan rombongan 3 orang yang kemarin berangkat bareng kita. Ternyata mereka baru sampek setengah perjalanan dan kita sudah turun. heheheheh... Ternyata kita aja yang mati-matian melakukan pendakian cuman 2 hari semalam, yang laen pada 3 hari 2 malam semua. Gak kebayang kalo mereka pada nyantai begini kapan nyampeknya hahaha.

Akhirnya jam 2 siang kita sampai di basecamp dan kita langsung mandi serta bersih-bersih. Setelah itu kita lapor di pos dan berangkat pulang. Kita berjalan menuju Pertigaan Linggarjati dan naik angkutan menuju Bandorasa Cilimus dan kemudian naik elf menuju terminal Cirebon.



Di terminal Cirebon kita masih menunggu bus ke Jogja yang berangkat jam setengah 8 malem. Nah akhirnya kita garing di terminal dengan sisa uang waktu itu hanya 30 ribu. 


Yahh itulah kisah perjalanan kita pertama kali mendaki gunung di Jawa Barat. Ini adalah langkah pertama kita disini, dan penuh sekali dengan pengalaman dan pelajaran berharga. Kita ingin mengucapkan banyak-banyak terimakasih pada Tuhan yang telah memberikan kekuatan dan perlindungan bisa kembali dengan selamat. Dan juga kepada Mas Zaki yang begitu baik hati mau menolong kita meskipun kita adalah orang asing dan bukan siapa-siapa.

Semoga Menginspirasi dan Salam Lestari!!

0 Response to "Awal Langkah di Puncak Tertinggi Jawa Barat"

Post a Comment

Trending Posts