Mendaki Gunung Guntur Pendek tapi Menyiksa


Gunung Guntur adalah sebuah gunung yang berada di wilayah Garut, Jawa Barat dengan ketinggian 2.249 mdpl. Gunung Guntur merupakan gunung yang bertipe stratovolcano.
Mendengar gunung guntur pasti yang terlintas dipikiran kita adalah kilat atau petir. Memang kala itu istilah guntur yang bisa menggambarkan kedahsyatan letusan dari sebuah gunung di kabupaten Garut yang pada saat ini lebih dikenal dengan sebutan Gunung Guntur.
Gunung Guntur merupakan gunung berapi paling aktif di Jawa pada dekade 1800 an. Tapi sejak itu aktivitasnya kembali menurun. Erupsinya pada umumnya disertai dengan lelehan lava, lapili dan objek material lainnya.

Gunung Guntur meskipun tidak terlalu tinggi namun mempunyai sejuta pesona yang akan membuat siapa saja yang mengunjunginya berdecak kagum akan keindahannya.

Untuk mencapai Gunung Guntur kita bisa naik bus jurusan Garut atau Singaparna kemudian turun di Pom Bensin Tanjung. Kemudian untuk menuju pos pendakian kita bisa nebeng truck pasir yang selalu lalu lalang di jalan sebelah pom bensing Tanjung ini dengan membayar sesuai hati saja.

Di pos pendakian kita harus membayar registrasi seikhlasnya dan kemudian melanjutkan lagi naik truck melewati jalan yang rusak parah dengan belokan yang sangat tajam. Hampir 45 menit melewati jalanan offroad dan akhirnya sampai di jalur paling atas dari penambang pasir. Dari titik ini perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki.
Dari tempat penambang pasir kita mulai melangkah, ada 2 jalur yang bisa kita pilih yakni pertama adalah jalur Curug Citilis. Untuk menemukan jalur ini kita harus sedikit turun melipir dari tempat penambang pasir dan jalur persis di tepi sungai dengan pohon yang rindang. Kedua adalah jalur langsung memasuki savana di atas tempat penambang pasir. Jika melalui jalur ini dipastikan akan langsung diterpa sinar matahari yang begitu terik.

Kita mencoba jalur Curug Citilis karena jalurnya jelas dan rindang namun ada tapinya yaitu selepas jalur ini akan berubah menjadi pendakian semi scrambling karena jalur yang menanjak tajam dengan bebatuan besar. Kita harus hati-hati saat melewati jalur ini. Jalur menanjak ini akan berhenti disaat kita sampai di Curug Citilis atas. Berjalan kembali kita akan keluar dari lingkup hutan yang rindang dan masuk ke dalam savana dengan ilalang tinggi. Dari sini jalur mulai melandai namun dengan sinar matahari yang terik.

Jalur landai bisa kita nikmati sampai di pos 2. Mata air terakhirpun bisa kita jumpai di pos 2 ini dan bisa kita gunakan untuk mengisi persediaan air. Dari pos ini jalur yang lebih berat telah menanti. Di awal perjalanan ini kita akan menemui banyak pohon kering yang mati tanpa dedaunan hijau persis seperti di Gunung Papandayan walaupun tidak sebanyak disana.

Jalur yang sebelumnya tanah sedikit demi sedikit berubah menjadi tanah batu kerikil yang mudah lepas. Trek seperti ini yang membuat kita benar-benar benci untuk melewatinya. Setapak demi setapak melewati jalur yang miring dan hanya sedikit pohon hijau dan yang paling menyengsarakan adalah kemiringannya yang 45 derajat sempurna.

Mendekati puncak 1 jalur semakin ekstrim dan terjal. Di tengah jalur akan sesekali menemui pohon pinus yang berdiri sendiri. Disini kita bisa berteduh sejenak sambil menikmati belaian angin untuk mengurangi rasa lelah.

Berjalan pelan tapi pasti dan tetap dengan keyakinan teguh untuk bisa menginjakkan kaki di puncak 1. Di sini perjalanan belum selesai karena belum sampai di puncak utamanya. Kebanyakan para pendaki mendirikan tenda di puncak 1 ini karena banyak tempat yang datar dan pemandangannya juga sudah cukup indah. Dari sini kita bisa melihat pemandangan kota Garut dan ketika mulai sore akan terlihat savana yang menguning dengan ilalang melambai-lambai tertiup angin.

Melanjutkan perjalanan ke puncak 2 jalur kembali miring namun batu kerikil mulai agak berkurang. Dengan sisa nafas setelah berjalan sekitar 40 menit kita akan sampai di puncak 2. Dari puncak 2 pemandangan bebas telah tersaji di depan mata. Tampak di bawah puncak 1 dengan warna-warni tenda para pendaki yang membuka camp disana. Kawah Gunung Guntur tampak menganga di bawah dan menunjukkan kalau dia pernah murka dulu. Menghadap ke belakang tampak puncak 3 yang lebih tinggi lagi. Tepat di puncak 2 ini ada tugu gps pertanda puncak Guntur yang dibuat oleh tim delegasi ITB. Disini kita juga bisa mendirikan tenda untuk menginap. Setelah matahari terbenam akan nampak keindahan langit malam yang begitu indah dengan pemandangan gemerlap lampu kota di bawah. Melihat langit maka akan serasa melihat lukisan alam yang mempesona dan luas dengan penuh jutaan bintang.


Ketika matahari terbit kita akan melihat spectrum warna jingga dibatas cakrawala yang sangat menawan. Tampak di bawah kota Garut masih tampak tertidur dengan lampu kota masih banyak yang menyala. Tampak di kejauhan Gunung Galunggung membuat perpaduan yang sangat menarik. Semakin tinggi matahari semakin nampak kemegahan alam raya ini. Di kejauhan juga nampak Gunung Cikuray dengan bentuk segitiga sama sisi sempurna. Juga terlihat Gunung Papandayan yang selalu berasap dan di utara tampak Gunung Ciremai yang merupakan Gunung Tertinggi di Jawa Barat. Dan dari Kejauhan juga muncul Gunung Slamet yang masih terus murka.







0 Response to "Mendaki Gunung Guntur Pendek tapi Menyiksa"

Post a Comment

Trending Posts