Mendaki Gunung Slamet via Bambangan Purbalingga

Gunung Slamet ? Gunung Slamet adalah salah satu gunung berapi yang terdapat di Pulau Jawa. Gunung ini berada di perbatasan Kabupaten Brebes, Banyumas, Purbalingga, Tegal dan Pemalang, Jawa Tengah. Gunung Slamet memiliki ketinggian 3.428 mdpl dan merupakan gunung tertinggi kedua di Pulau Jawa setelah Gunung Semeru di Jawa Timur. 

Gunung Slamet dapat didaki melalui tiga jalur yang paling populer yakni jalur sebelah barat Jalur Kaliwadas, sebelah selatan Jalur Batu Raden dan sebelah timur Jalur Bambangan. Dari ketiga jalur tersebut yang paling terdekat adalah Jalur Bambangan, selain pemandangannya indah juga banyaknya kera liar yang dapat kita temui sepanjang perjalanan menuju puncak.

Jalur Pendakian via Bambangan

Jalur Bambangan adalah jalur pendakian yang paling populer dan merupakan jalur yang paling sering didaki. Jalur ini merupakan jalur terpendek dibandingkan dengan jalur Batu Raden dan Kali Wadas.

Untuk akses transportasinya dari Kota Purwokerto naik bus jurusan Purbalingga dan dilanjutkan dengan bus tujuan Bobot Sari dan turun di Serayu. Dari sini perjalanan disambung menggunakan angkutan pedesaan menuju desa Bambangan yang merupakan desa terakhir di kaki Gunung Slamet.

Desa Bambangan ini berada di ketinggian 1.279 mdpl. Disini para pendaki bisa menyiapkan perlengkapan dan mengurus segala administrasi pendakian. 



Dari Basecamp pertama-tama kita akan melewati jalan aspal sampai masuk ke pintu gerbang pendakian. Setelah melewati pintu gerbang pendakian kita harus mengambil jalan belok ke kanan menyeberangi sungai. Ketika musim hujan aliran sungai akan deras dan akan menutupi batu-batu sehingga kita kesulitan untuk menyeberanginya. Ketika perjalanan ke puncak, pastikan sungai harus terus berada di sebelah kiri. Setelah itu kita akan melewati kawasan ladang penduduk. Setelah melewati ladang kita akan sampai di sebuah lapangan rumput dan disitu ada pertigaan. Ke kiri atau ke kanan sama saja karena jalur ini akan kembali menyatu sebelum pos 1. Biasanya para pendaki mengambil jalan yang berbelik ke kanan karena jalan yang dilalui lebih mudah dan lebih jelas. Di tengah jalan kita akan melewati Pos 1 yang masih terletak di kawasan ladang. Pos 1 atau Pos Payung kemungkinan sekarang sudah rusak. Pos 1 ini merupakan pos pendakian yang menyerupai payung raksasa. 

Selepas Pos 1 pendakian dilanjutkan dengan memasuki hutan raya Gunung Slamet. Di perbatasan antara ladang dan kawasan hutan, kita akan berjumpa dengan sebuah patok di sisi kiri jalan. Setelah itu kita akan memasuki hutan yang begitu lebat. Setelah memasuki hutan, jalur yang dilalui akan sangat lembab karena cahaya matahari tak bisa menembus hutan Gunung Slamet yang lebat ini. Jalur yang akan kita lalui sampai pos 5 akan terus membentang di tengah hutan. 

Berjalan di tengah lingkungan hutan selama 2 jam kita akan sampai di Pondok Walang atau Pos 2. Selepas Pondok Walang jalur masih seperti sebelumnya masih tetap menanjak di tengah panorama hutan yang sangat lebat. Setelah berjalan sekitar 2 jam kita akan sampai di Pondok Cemara atau Pos 3.

Sebagaimana namanya, Pondok Cemara dikelilingi oleh pohon cemara yang diselimuti oleh lumut. Selepas Pondok Cemara pendakian dilanjutkan menuju Pos Samaranthu atau Pos 4. 

Pos Samaranthu berasal dari 2 suku kata yaitu samar dan hantu. Para pendaki biasanya menghindari untuk ngecamp dan mendirikan tenda di tempat ini karena katanya tempat ini sangat angker dan banyak pendaki yang sering diganggu makhluk halus ketika bermalam disini. 

Sekitar 15 menit dari Pos Samaranthu kita akan sampai di Pos 5 atau Sanghiang Rangkah. Di Pos 5 ini terdapat mata air bersih yang berupa sungai kecil. Untuk mengambil air kita dapat melewati jalan menurun di sisi kiri jalur. Di Pos 5 ini juga terdapat sebuah bangunan yang dapat kita gunakan untuk bermalam. Di depan pos ini juga ada area yang datar dan bisa kita gunakan untuk mendirikan tenda. Untuk sampai ke pos 5 dari basecamp diperlukan waktu sekitar 4-5 jam.


Dari Pos 5 menuju Pos 6 atau Sanghiang Jampang kita harus berjalan sekitar 30-45 menit. Jalur tidak lagi berupa hutan yang lebat berupa semak-semak yang asri dengan Edelweiss di sekelilingnya . Sampai di pos 6 kita terus berjalan sampai akhirnya tiba di Pos 7 atau Sanghiang Kendil dengan waktu berjalan sekitar 30 menit dari Pos 6. Di Pos 7 ini ada sebuah bangunan yang bisa kita gunakan untuk bermalam.


Dari Pos 7 menuju Plawangan kita akan melewati jalur yang lebih berat lagi. Di jalur ini kita keluar dari hutan dan menuju lahan terbuka. Plawangan merupakan pintu masuk menuju puncak Gunung Slamet. Dari tempat ini pendaki akan dapat menikmati panorama alam yang membentang luas di arah timur.

Selepas Plawangan lintasan semakin menarik sekaligus menantang, selain pasir dan bebatuan sedimentasi lahar yang mudah longsor pada sepanjang lintasan. Di kanan kiri terdapat jurang dan tidak ada satu pohon pun yang dapat digunakan sebagai pegangan.

Di daerah ini sering terjadi badai gunung, oleh karena itu pendaki disarankan untuk mendaki sewaktu pagi hari. Kebanyakan pendaki meninggalkan barang-barang mereka di bawah untuk memperingan beban. Dari Plawangan sampai di puncak dibutuhkan waktu sekitar 30-60 menit. Dari sini pendaki dapat melihat puncak Slamet yang begitu besar dan hamparan kaldera yang sangat luas dan menakjubkan yang biasa disebut Segoro Wedi. 

Di Puncak Gunung Slamet kita akan menemukan sebuah in memoriam yang bertuliskan Surono. Surono adalah seorang pendaki yang tewas di puncak karena terjatuh dari jurang. Untuk menghormati kematiannya maka namanya dijadikan sebagai nama puncak tertinggi Gunung Slamet sehingga pendaki sering menyebutnya Puncak Surono. 





Related Posts :

1 Response to "Mendaki Gunung Slamet via Bambangan Purbalingga"

  1. Sbobet, Maxbet, Live Casino, s4bung 4yam, Togel, dll
    minimal dp/wd 50rb.. ayo daftar (7ACD8560)

    ReplyDelete

Trending Posts